The Problem with Pacaran
oleh Peter Valentino
Saya tidak mengerti apakah ini hanya masalah bahasa, atau termasuk
konsep yang sembrono, yang jelas `pacaran' adalah kata yang paling
saya benci dalam kamus bahasa indonesia.
Pacaran adalah miniseri horor dimana kedua tokoh utama bermain-main
dengan komitmen ala pernikahan (hanya saja lebih parah, karena untuk
uji coba) yang berisi parade topeng melankolia kualitas terbaik di
satu hari dan hingar bingar tangisan-serta-tuntutan kejam di hari
lain, sambil terus menipu diri bahwa semuanya itu normal dan akan
berubah menjadi lebih baik.
Setidaknya itu yang sangat kental terjadi di budaya kita.
Semua orang berkompetisi untuk mencapai status yang disebut pacaran.
Rasanya enak sekali menjadi seorang pacar dan disebut sebagai pacar
oleh seseorang. Ada sebuah kebanggaan tertentu yang membuat hidup
rasanya lebih memuaskan.
Kalau bertanya tentang arti pacaran, ada yang jawaban sebagai sarana
untuk mengenal satu sama lain. Tapi jika memang sederhana, edukatif,
dan bahkan menyenangkan seperti ini, lalu mengapa sampai ada acara
nangis-nangis karena sakit hati ini itu, berantem mulut dari
ketemuan-lalu-ditelepon-terus-lanjut-lagi-di-SMS, saling nuntut-nuding
lengkap dengan omongan yang ngga kira-kira?
Kalau memang hanya untuk mengenal satu sama lain, kenapa perlu sampai
repot-repot ke sana? Cukup sudahi saja karena hubungan itu memang
tidak berhasil, habis perkara.
Kita sangat bersalah ketika menganggap diri terlalu serius dalam hal
romansa. Siapa lagi kalau bukan berkat didikan komik dan film yang
memupuk rasa penasaran kita untuk mencicipi kue bernama Pacaran itu,
bahkan sekalipun masih berusia kelas 6 SD!
Ketika kelas 5 dahulu, seorang cewek memperkenalkan diri di depan
kelas sebagai anak murid pindahan dari Palembang. "Kiyut! Bisa jadi
pacar ga ya?" pikir saya saat itu. Saya bisa ingat jelas kejadian itu,
tapi yang saya tidak ingat adalah darimana dapat konsep pacaran itu.
Sepertinya kita tidak hanya jago pura-pura dalam berpacaran, tapi juga
dalam mengartikan apa itu pacaran, karena kita hanya mendefinisikannya
sebagai "proses pengenalan lawan jenis, baik itu sifat, watak, tingkah
lakunya," sebatas mulut saja.
Apa yang kita lakukan lebih dari itu.
Bahkan sering sama sekali bukan itu.
Kita meyakiti pasangan kita (dan juga diri sendiri!) atas nama cinta
dan komitmen. Kita membuka diri untuk kekerasan emosional dalam sebuah
hubungan yang bahkan belum tentu akan menghasilkan apa-apa.
Dan bila pacaran berakhir, kita tidak sabar untuk mencari target baru
dan segera memulai yang baru lagi dan mengulang rasa sakit itu kembali.
Berulang. Lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi.
Kita menjadi ahli dalam menyiksa diri sendiri. Mungkin ini alasannya
saya banyak bertemu dengan orang yang begitu kehilangan semangat hidup.
Begitu muak dengan kegagalan dan drama, seperti cerita seorang gadis
kecil yang sudah 15 kali pacaran di usianya yang ke-16.
Ada sesuatu yang hilang di sini. Pacaran, itu bukan kata maupun konsep
yang menyenangkan. Saya pribadi selalu menggunakan `dating` atau `kencan.'
Itu jauh lebih menyenangkan. Ringan, less demanding, santai, more
playful, jauh lebih nyaman yang memungkinkan banyak kesempatan untuk
lebih terbuka, apa adanya, dan saling belajar.
Seorang teman sempat menyebutkan bahwa dating sebagai proses
pra-pacaran. Memang ada benarnya, tapi saya lebih suka sekaligus
menghilangkan konsep pacaran itu sendiri, sehingga yang urutan ideal
yang ada adalah dating - engagement (tunangan) - marriage.
Ini atas pertimbangan bahwa Pacaran tidak bisa disamakan dengan
Engagement; masa anak umur SMP yang lagi pacaran jadi sama dengan
persiapan sebelum menikah? Atau bila menambah pacaran dalam urutan
ideal di atas (setelah dating), maka hubungan jadi terasa terlalu
panjang dan rumit.
Pacaran tidak lain dari tahapan absurd yang kita buat sebagai alasan
untuk bermain-main, baik fisik maupun mental, dan pada saat yang sama,
untuk menciptakan rasa aman palsu bahwa keduanya sedang melakukan
sesuatu yang berguna atas nama cinta.
"Momen untuk mengenal satu sama lain" adalah pengertian dating yang
kita curi untuk Pacaran, tapi tetap saja tidak melakukannya
sebagaimana disebutkan.
Pacaran is a degrading term for your romantic life.
Please refrain whenever possible.
Note :
SETUJUUUU.....!!!!
5 comments:
jadi setuju untuk ga pacaran neh ???
sebenernya ngga!!! tapi kumaha nya? terjadi perang membela setan ato yg diatas....
kalo menurutku pacaran itu cuman istilah pin..
eh gimana siemensnya??
Menurut saya pacaran itu...ehmm...hmm *mikir*...*masih mikir*...ternyata ga tau pin apa itu pacaran, udah lupa lagi :p
Thanks for posting my article, friend. Hope you find it useful.
www.petervalentino.org
Post a Comment